Despicable Me 3: Kisah Gru dan Dru dalam Misi Gila Melawan Kejahatan

despicable me 3

Babak Baru dalam Perjalanan Gru dan Para Minion

Setelah dua film sebelumnya sukses besar di pasaran, Despicable Me 3 hadir sebagai kelanjutan kisah yang tak hanya lucu, tetapi juga sarat kejutan. Di sutradarai oleh Pierre Coffin dan Kyle Balda, serta di distribusikan oleh Universal Pictures, film ini di rilis pada tahun 2017 dan langsung mendapatkan respons positif dari berbagai penjuru dunia.

Berbeda dari dua pendahulunya, Despicable Me 3 memperkenalkan tokoh baru yang tak kalah penting dalam kehidupan Gru: saudara kembar bernama Dru. Inilah yang menjadi daya tarik utama sekaligus titik balik dalam dinamika cerita.

Ketika Penjahat Lama Sudah Bertobat, Hadirlah Ancaman Baru

Kisah di mulai ketika Gru, yang kini bekerja di Anti-Villain League (AVL) bersama sang istri Lucy Wilde, gagal menangkap penjahat flamboyan bernama Balthazar Bratt. Bratt, yang merupakan mantan bintang cilik era 1980-an, kini beralih menjadi penjahat dengan gaya khas retro—lengkap dengan pakaian ungu ketat, dance moves klasik, dan senjata berbentuk kaset video.

Kegagalan dalam misi ini membuat Gru dan Lucy di pecat dari AVL. Tak hanya menghadapi krisis karier, Gru juga harus berhadapan dengan ketidakpastian dalam mengurus keluarganya yang terdiri dari tiga anak angkat: Margo, Edith, dan Agnes.

Transisi: Namun, pada saat itulah kejutan besar muncul—Gru menemukan bahwa ia memiliki saudara kembar yang selama ini tidak ia ketahui.

Pertemuan Mengejutkan: Gru Bertemu Dru

Dalam sebuah pesan yang datang tiba-tiba, Gru mengetahui bahwa ia memiliki saudara kembar identik bernama Dru. Berbanding terbalik dengan Gru, Dru adalah sosok ceria, flamboyan, dan kaya raya. Ia tinggal di sebuah mansion besar di negeri fiksi Freedonia dan memiliki segalanya—kecuali satu hal: ia belum pernah menjadi penjahat.

Sebaliknya, Gru yang ingin meninggalkan masa lalunya sebagai penjahat justru di minta Dru untuk mengajarkannya “seni kejahatan”. Perbedaan karakter mereka menjadi sumber komedi segar yang menghidupkan film ini, sekaligus memunculkan konflik emosional yang menyentuh.

Balthazar Bratt: Penjahat Gila Masa Lalu yang Menolak Dewasa

Penjahat utama dalam film ini, Balthazar Bratt, adalah sosok yang sangat unik. Ia masih hidup dalam bayang-bayang ketenaran masa kecilnya sebagai bintang televisi. Ketika acaranya di batalkan akibat pubertas yang mengubah penampilannya, ia bertekad membalas dendam kepada dunia hiburan yang telah “mengkhianatinya”.

Ia mencuri berlian besar dan merencanakan untuk menghancurkan Hollywood sebagai bentuk balas dendam. Tidak hanya desain karakternya yang eksentrik, tetapi juga gaya bertarungnya yang penuh tarian, teknologi retro, dan musik tahun 1980-an, menjadikannya sebagai salah satu villain paling berkesan dalam dunia animasi.

Fakta menarik: Karakter Bratt disuarakan oleh Trey Parker, kreator South Park, yang membawa energi liar dan nuansa satir ke dalam film.

Minion Kembali dengan Petualangan Sendiri

Di sisi lain, para Minion tidak tinggal diam. Mereka mulai merasa kecewa karena Gru tak lagi ingin menjadi penjahat. Akibatnya, mereka memutuskan untuk meninggalkan Gru dan mencari jalan hidup sendiri.

Kisah Minion dalam film ini menjadi subplot tersendiri yang menghibur. Dari upaya ikut audisi ajang pencarian bakat, hingga terjebak dalam penjara dan membentuk geng Minion di dalamnya—semuanya menambah kekayaan cerita tanpa mengganggu alur utama.

Transisi: Meskipun terpisah, pada akhirnya Minion tetap kembali di saat yang paling dibutuhkan, menegaskan kesetiaan mereka kepada Gru.

Dinamika Keluarga yang Terus Berkembang

Satu hal yang tetap konsisten dalam seluruh film Despicable Me adalah kekuatan hubungan keluarga. Dalam film ketiga ini, dinamika itu semakin kompleks. Margo mulai tumbuh remaja dan harus menghadapi budaya baru saat tinggal di Freedonia. Agnes yang masih kecil tetap polos dan penuh imajinasi, terutama saat ia bertekad mencari unicorn sungguhan.

Lucy, sang ibu tiri, juga berjuang keras untuk diterima oleh ketiga anak perempuan Gru. Upayanya yang kikuk namun tulus dalam memahami peran sebagai ibu, memberikan lapisan emosional yang menyentuh.

Aksi, Humor, dan Visual yang Lebih Variatif

Dari segi teknis, Despicable Me 3 hadir dengan visual yang lebih kaya dan berani. Dari kejar-kejaran dengan kapal Bratt yang berbentuk kaset video raksasa hingga pertempuran di puncak gedung pencakar langit dengan latar lagu disko klasik—film ini terus memanjakan mata dan telinga penontonnya.

Selain itu, perpaduan gaya slapstick Minion dan dialog sarkastik Gru-Dru menciptakan humor dua arah yang bisa dinikmati oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Apa yang Membuat Despicable Me 3 Layak Ditonton?

Berikut beberapa alasan kuat mengapa film ini tetap menarik untuk disaksikan:

  1. Perpaduan aksi dan humor yang sangat seimbang.
  2. Karakter baru seperti Dru dan Bratt yang menyegarkan dan tak mudah dilupakan.
  3. Eksplorasi hubungan keluarga yang lebih kompleks dan menyentuh.
  4. Kualitas animasi meningkat, dengan perhatian tinggi pada detail dan ekspresi.
  5. Pesan moral kuat tentang pentingnya keluarga, kerja sama, dan keberanian untuk berubah.

Ulasan: Ketika Identitas Diuji dan Hubungan Diperkuat

Despicable Me 3 bukan sekadar hiburan ringan. Film ini menyajikan refleksi menarik tentang identitas dan perubahan. Gru, yang selama ini percaya bahwa menjadi “baik” berarti menjauhi masa lalunya, justru belajar bahwa ia bisa menggunakan pengalaman kelamnya untuk hal yang lebih baik.

Baca Juga : Despicable Me 2: Ketika Aneh Menjadi Sumber Tawa yang Manis

Sementara itu, Dru menyadari bahwa menjadi penjahat bukanlah tujuan hidup yang sebenarnya. Melalui kerja sama dan kepercayaan, keduanya membuktikan bahwa ikatan keluarga bisa mengalahkan ambisi pribadi dan ego.

Fakta Unik dari Produksi Film Ini

  • Pierre Coffin, sang co-director, juga mengisi suara lebih dari 800 Minion dalam film ini.
  • Film ini meraih pendapatan global lebih dari 1 miliar dolar, menjadikannya salah satu film animasi terlaris sepanjang masa.
  • Freedonia, tempat tinggal Dru, merupakan referensi dari film klasik tahun 1933 berjudul Duck Soup karya Marx Brothers.
  • Warna visual untuk karakter Dru sengaja dibuat kontras—dengan rambut pirang dan pakaian putih, ia menjadi kebalikan dari Gru yang gelap dan kelam.

Poin-Poin Penting yang Tidak Boleh Dilewatkan

  1. Pengembangan karakter Gru dan Dru menambahkan dimensi emosional yang lebih dalam.
  2. Peran Balthazar Bratt sebagai penjahat retro memberikan sentuhan nostalgia yang segar.
  3. Kehadiran Minion tetap menjadi penyegar cerita meski subplot mereka lebih ringan.
  4. Kekuatan tema keluarga, baik melalui anak-anak Gru maupun Lucy sebagai ibu tiri, memperkaya pesan moral film.
  5. Konflik batin antara masa lalu dan masa depan, membuat film ini lebih dari sekadar komedi.

Despicable Me 3, Sekuel yang Tidak Kehilangan Identitas

Dengan karakter-karakter baru yang mencuri perhatian, visual yang semakin matang, dan cerita yang tetap menghibur namun menyentuh, Despicable Me 3 menjadi bukti bahwa waralaba ini masih memiliki energi dan kreativitas untuk terus berkembang.

Film ini tidak hanya mempertahankan formula yang sudah terbukti sukses, tetapi juga menghadirkan dinamika baru yang membuatnya relevan untuk ditonton ulang, bahkan bertahun-tahun setelah perilisannya.