Terobosan Baru dari Studio Ghibli yang Ikonik
Studio Ghibli di kenal luas karena animasi tangan yang indah dan cerita penuh emosi, seperti Spirited Away, Howl’s Moving Castle, hingga My Neighbor Totoro. Namun, pada tahun 2021, studio legendaris ini mengejutkan penggemarnya dengan proyek yang sangat berbeda: film animasi CGI 3D pertama mereka berjudul Earwig and the Witch.
Di sutradarai oleh Goro Miyazaki, putra dari Hayao Miyazaki, film ini menandai perubahan gaya yang cukup berani. Bukan hanya dari segi teknik visual, tetapi juga dari pilihan naratif dan pengemasan ceritanya.
Dari Buku ke Layar: Adaptasi dari Karya Diana Wynne Jones
Sama seperti Howl’s Moving Castle, Earwig and the Witch juga diadaptasi dari novel karya Diana Wynne Jones, penulis asal Inggris yang karyanya kerap menggabungkan unsur sihir dan kehidupan sehari-hari.
Versi filmnya di produksi oleh Studio Ghibli bekerja sama dengan NHK dan NHK Enterprises, dan pertama kali tayang di televisi Jepang pada 30 Desember 2020. Setelah itu, film ini di rilis di bioskop Jepang pada 27 Agustus 2021, dan akhirnya tersedia secara global melalui layanan streaming Netflix sejak 18 November 2021.
Awal Cerita: Bayi Di tinggalkan di Panti Asuhan
Kisah Earwig and the Witch di mulai pada tahun 1990, dengan adegan dramatis: seorang penyihir misterius (di versi Indonesia di suarakan oleh Sherina Munaf) meninggalkan bayinya di depan panti asuhan St. Morwald’s Home for Children. Bayi itu di tinggalkan dengan sebuah catatan kecil yang menjelaskan bahwa ibunya sedang di kejar banyak penyihir, dan suatu hari ia akan kembali.
Nama bayi tersebut adalah Earwig. Namun, kepala panti asuhan tidak menyukai nama yang unik itu. Maka, ia mengganti nama Earwig menjadi Erica Wigg. Inilah awal dari perjalanan luar biasa seorang anak perempuan yang pada awalnya tidak tahu bahwa diri nya adalah anak seorang penyihir.
Kehidupan Nyaman di Panti Asuhan
Berbeda dari kisah anak yatim pada umumnya, Earwig tumbuh dengan sangat bahagia dan percaya diri. Ia merasa semua orang di panti asuhan memperlakukannya seperti ratu kecil. Bahkan, ia bisa mengatur banyak hal sesuai keinginannya. Teman-temannya, termasuk sahabatnya Custard, pun sangat menyukai kepribadiannya yang ceria sekaligus manipulatif.
Karena sudah terlalu nyaman, Earwig tidak ingin di adopsi. Ia tidak ingin kehilangan kendali atas lingkungannya yang menurutnya sempurna. Tapi tentu saja, takdir punya rencana lain.
Kehidupan Berubah Saat Di adopsi
Suatu hari, pasangan aneh datang ke panti asuhan. Mereka adalah Bella Yaga dan Mandrake. Tanpa banyak penjelasan, mereka memilih mengadopsi Earwig. Gadis kecil itu sangat kecewa, tapi ia tak bisa menolak. Ia harus mengikuti pasangan itu dan meninggalkan kenyamanan panti asuhan.
Setibanya di rumah baru, Earwig sadar bahwa kehidupan barunya jauh dari kata menyenangkan. Bella Yaga, ternyata adalah penyihir sejati, dan Earwig di minta membantu membuat ramuan sihir—tapi tidak di ajari apapun. Ia lebih di perlakukan seperti asisten dapur yang di perbudak.
Mandrake, pria tinggi besar yang pendiam namun menakutkan, tinggal di rumah yang sama tapi hampir tidak pernah berbicara. Suasana rumah itu gelap, misterius, dan penuh rahasia.
Ketangguhan Earwig: Anak yang Tak Mudah Menyerah
Namun, Earwig bukanlah anak biasa. Alih-alih tunduk, ia mulai menyusun rencana diam-diam untuk membalikkan keadaan. Ia belajar tentang ramuan sihir, mengintip buku-buku sihir, dan mencari tahu kekuatan apa yang ia miliki. Semua itu di lakukan diam-diam, dengan bantuan kucing hitam bernama Thomas, yang ternyata bisa berbicara.
Dengan kecerdikan dan rasa ingin tahu yang tinggi, Earwig perlahan mempelajari sihir dan mencari celah untuk mengendalikan keadaan. Ia ingin lepas dari kendali Bella Yaga dan hidup dengan caranya sendiri.
Visual CGI yang Mengundang Pro-Kontra
Sebagai film CGI 3D pertama dari Studio Ghibli, Earwig and the Witch menerima banyak respons beragam dari penonton dan kritikus. Beberapa menyambut baik inovasi ini, menganggapnya sebagai langkah adaptif di era modern.
Namun, tidak sedikit pula yang merindukan sentuhan animasi tangan khas Ghibli. Mereka merasa bahwa ekspresi dan emosi karakter dalam versi CGI terasa kurang “hidup” di bandingkan film-film seperti Princess Mononoke atau My Neighbor Totoro.
Walau demikian, dari sisi teknis, desain rumah penyihir, detail ramuan, dan atmosfer dunia sihir tetap berhasil menciptakan kesan magis dan misterius.
Tema Kuat: Kebebasan, Kemandirian, dan Identitas Diri
Di balik visual dan karakter yang menyenangkan, Earwig and the Witch membawa tema-tema penting tentang kemandirian dan pembebasan diri. Earwig adalah representasi anak-anak yang tidak takut menantang keadaan, bahkan ketika ia sendirian di dunia yang asing dan tidak bersahabat.
Ia menunjukkan bahwa kecerdasan, keberanian, dan rasa ingin tahu bisa menjadi kekuatan untuk mengubah nasib. Film ini juga menyoroti bagaimana anak-anak memiliki potensi luar biasa jika di beri kesempatan untuk tumbuh dan belajar sendiri.
Tokoh yang Kuat dan Tak Terlupakan
Selain Earwig yang menjadi pusat cerita, beberapa karakter lain juga memberi warna:
- Bella Yaga: Penyihir yang keras kepala dan pemarah, namun ternyata memiliki masa lalu misterius.
- Mandrake: Sosok mengerikan yang bisa meledak-ledak, namun menyimpan sisi lembut.
- Thomas si Kucing: Partner setia Earwig yang pintar dan lucu, serta memiliki peran penting dalam keberhasilan rencana Earwig.
Interaksi antara karakter-karakter ini menjadi kekuatan utama cerita, meski tanpa dialog panjang dan efek sinematik berlebihan.
Kesimpulan Cerita: Siapa Sebenarnya Ibu Earwig?
Di penghujung film, penonton akhirnya di perlihatkan hubungan antara Earwig dan ibu kandungnya. Walaupun tidak di jelaskan secara eksplisit, ada petunjuk kuat bahwa Bella Yaga pernah menjadi bagian dari masa lalu sang ibu, bahkan mungkin menjadi temannya dalam sebuah band sihir.
Plot ini tidak sepenuhnya tuntas, namun justru membuka ruang bagi penonton untuk menafsirkan dan membayangkan kelanjutan kisah Earwig. Akankah sang ibu benar-benar kembali? Apakah Earwig akan menjadi penyihir hebat? Semua itu di biarkan menjadi misteri.
Film yang Penuh Eksperimen dan Pesan Positif
Earwig and the Witch adalah langkah berani dari Studio Ghibli. Film ini tidak hanya menandai perubahan teknis dari animasi tangan ke CGI, tetapi juga menghadirkan karakter anak perempuan yang kuat, cerdas, dan tidak mudah dikendalikan.
Meskipun tidak semua orang menyukai pendekatannya, Earwig and the Witch tetap menjadi film yang patut diapresiasi, terutama karena pesan-pesan penting yang diselipkan di dalamnya: tentang kebebasan, kepercayaan diri, dan perjuangan anak untuk menemukan tempatnya di dunia.